Menjelang senja, tepat samping rumah kediamannya beberapa orang bocah asyik bermain penuh tawa dan gembira. Satu diantaranya Ardiani Saputra (9) nan akrab disapa Ardi. Dirinya tercatat sebagai siswa kelas III di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Limapuluh Kota. Tak tampak sedikitpun bahwa ia tengah menderita penyakit langka, bocor Ginjal, sesuai dengan vonis dokter.
Laporan : Med Gazisul-Limapuluh Kota
Persisnya, sebelum bulan Ramadhan 1443 H belum lama ini, kabar mengejutkan menghampiri keluarga pasangan Darul Husni (53) dan Ermanelis (46). Bak rasa lepas semua sendi-sendi benulang dalam batang tubuh mereka. Bagaikan kiamat datang menjelma. Sangat jelas, kabar buruk itu dari dokter usai anandanya Ardi menjalani opname disalah satu rumah sakit, di vonis menderita bocor Ginjal, penyakit nan tergolong langka.
"Benar, anak kami di vonis dokter menderita sakit bocor Ginjal, dan sempat dirawat inap lebih kurang seminggu. Entah kepada siapa kami mengadu untuk biaya berobatnya. Saya hanya buruh tani dan istri Saya kerja rumah tangga dirumah," kata Darul Husni akrab disapa Uni ini dirumahnya, Jorong Sawah Laweh, Nagari Tungkar, Kecamatan Situjuah Limo Nagari Selasa (17/5/2022).
Selama ini, meskipun hidup jauh dari garis kemiskinan dan tidak pula pernah dapat bantuan baik melalui pemerintah nagari maupun kecamatan, mereka tak pernah menuntut. Padahal, menurut pantauan media jurnalandalas.com keluarga ini layak untuk dibantu. Rumah miliknya hanya semi permanen ukuran kecil sekali, nan tak layak dihuni menurut kesehatan.
Bayangkan, rumah semi permanen. Bahagian bawahnya susunan bata yang tidak berplaster, atasnya papan susun sirih memakai atap seng sudah lapuk digerus zaman. Lantai, hanya coran kasar yang ditutupi lapik plastik usang. Ukuran rumahnya lebih kurang 7X5 M dengan tinggi tak lebih dari 2,5 M. Hanya memiliki satu kamar kamar kecil yang dihuni 5 orang.
"Begini keadaan kami disini. Untuk masalah bantuan dari pemerintah, dari dulu sekali tidak pernah kami dapatkan. Karena Ardi sakit bocor Ginjal, pihak nagari terhitung Ramadhan 1443 H kemarin, Alhamdulillah kami diberi bantuan beras miskin," jelas Uni yang diamini istrinya Ermanelis.
Pasangan suami istri ini sejurus membisu. Tatapannya sayu, pikirannya tidak dibadan lagi. Seakan, mengingat sesuatu nan pilu menusuk kalbu. Tak lama antaranya, sembari menghirup nafas panjang, cerita nestapa kembali berlanjut.
"Paling menyesak dada, ketika Ardi anak Saya dirawat inap. Jangankan untuk membayar rumah sakit, untuk makan sehari-hari saja kami susah payah. Entah kemana derita ini harus dikadukan. Tak sanggup lagi rasanya hidup ini ketika itu. Alhamdulillah waktu itu pemuda dan masyarakat disini mengumpulkan sumbangan untuk biaya perawatan Ardi. Terimakasih masyarakat dan pemuda Jorong Sawah Laweh atas sumbanganNya. Semoga Allah SWT membalas berlipat ganda," terang Uni didampingi Ardi.
Menurut mereka, Ardi hingga kini menjalani rawat jalan alias kontrol rutin di Rumah Sakit Adnaan WD Kota Payakumbuh. Mereka hanya bisa berdoa, agar buah hatinya itu sembuh total dari penyakit langka yang tengah diderita.
"Waktu itu, pihak nagari menjanjikan BPJS gratis hanya saja sampai sekarang kenyataannya tidak ada. Untuk itu dengan segala keterbatasan Saya masuk BPJS mandiri," urai Uni dengan kesedihan mendalam.
Uni beserta keluarga sangat berharap bantuan dari pemerintah dan pihak terkait lainnya. "Lihatlah keadaan kami sini Bapak/Ibuk. Silahkan nilai sendiri, apakah kami layak atau tidak untuk dibantu," harapnya.
Lagi, kami saling diam dalam kebisuan. Mungkin, hanyut dalam alam pikiran masing-masing. Lama juga antaranya, tiba-tiba Ardi menyelutup angkat bicara. "Saya ingin sembuh Pa," kata Ardi kepada Ayahandanya Uni. Tampak kedua bola mata Uni dan istri tercintannya Ermanelis berkaca, bahkan nyaris menetes. "Iya, Nak. Harus sembuh," jawabnya singkat.
Sontak, wajah mungil Ardi bercahaya. Ia, larut dalam kegirangan. Sesekali ia umbarkan senyum merekah dibibir mungilnya pertanda bahagia. "Saya sekolah disitu Pak," kata Ardi sambil menunjuk arah sekolahnya yang tidak jauh dari rumahnya. Benar, Ardi sekolah di MIN Limapuluh Kota yang terletak di Jorong Sawah Laweh, Nagari Tungkar, Kecamatan Situjuah Limo Nagari. Saat ini Ardi duduk dibangku kelas III madrasah tersebut.
Ardi punya cita-cita ingin jadi polisi, agar bisa kelak membahagiakan khusus orang tua dan keluarga besarnya. Selain itu, ingin sekali menjadi orang kaya, ia akan membantu sesama. "Doakan, agar penyakit Ardi sembuh dan doakan juga agar cita-cita Ardi tercapai. Ardi ingin menolong sesama," simpul Ardi jelang senja di Sawah Laweh. (***)