Kemenperin Selenggarakan “Gebyar Penghargaan Kemenperin 2018”
JA.com, Jakarta--Kementerian Perindustrian menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Gebyar Penghargaan Kemenperin 2018” dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan ke-73 Republik Indonesia. Ini merupakan agendarutin tahunan untuk memberikan apresiasi kepada pegawai maupun unit kerja yang telah melakukantugas dan fungsi secara produktif dan profesional.
“Kegiatan ini menjadi momentum bagi kita bahwa kerja keras sangat diperlukan untuk meningkatkan kinerja individu dan institusi, terutama dalam upaya mendorong pencapaian service excellence kepada seluruh stakeholder,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Selasa (14/8/2018).
Airlangga menekankan, Kemenperin menjadi salah satu ujung tombak bagi pengembangan sektor riil Tanah Air. “Jadi kita jangan berpikir sektoral. Kemenperin adalah satu kesatuan, sehingga yang keluar adalah program Kemenperin, bukan program sektor,” tegasnya. Apalagi, menurut Menperin, pihaknya tengah melakukan reorganisasi guna mengakselerasi terwujudnya visi dan misi sektor perindustrian.
Pemerintah telah menargetkan pertumbuhan industri besar dan sedang sebanyak 9.000 unit dan industri kecil mencapai 20.000 unit. Pertumbuhan tersebut diharapkan mendukung pertumbuhan PDB industri nonmigas nasional yang ditargetkan menyentuh angka 5,7-6,2 persen pada tahun 2019.
“Apalagi, kita telah masuk dan bertransformasi di era globalisasi saat ini. Tentunya harus bergerak cepat. Koordinasi antar sektor menjadi sangat penting, terutama supaya fokus menjalankan roadmap Making Indonesia 4.0 yang telah menetapkan lima sektor industri prioritas,” paparnya.
Menperin optimistis, kinerja industri manufaktur semakin meningkat pada kuartal III tahun ini. “Pada kuartal II, progress masing-masing sektor terlihat cukup besar dan konsisten,” ujarnya. Di samping itu, yang perlu dipacu adalah percepatan pembangunan kawasan indutri karena untuk menarik investasi.
Kemenperin mencatat, industri pengolahan nonmigas masih menunjukkan kinerja yang positif. Pada triwulan II tahun 2018, mampu tumbuh hingga 4,41 persen atau lebih tinggi dibandingkan capaian di periode yang sama tahun lalu sebesar 3,93 persen.
Adapun sektor-sektor yang menjadi penopang pertumbuhan industri pengolahan nonmigas di kuartal dua tahun ini, antara lain adalah industri karet, barang dari karet dan plastik yang tumbuh sebesar 11,85 persen, kemudian diikuti industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki sebesar 11,38 persen.
Selanjutnya, pertumbuhan industri makanan dan minuman tembus 8,67 persen, serta industri tekstil dan pakaian jadi mencapai 6,39 persen. Kinerja dari sektor-sektor manufaktur tersebut melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.
Oleh karena itu, dalam menggenjot pembangunan industri nasional, aspek pengembangan sumber daya aparatur menjadi salah satu hal yang penting. Dengan potensi 4.954 aparatur di lingkungan Kemenperin, diharapkan dapat terus menjaga suasana kerja yang nyaman sehingga menghasilkan kinerja optimal.
“Beberapa gerakan perbaikan telah dilakukan cukup baik di pusat dan daerah, dengan pengembangan sistem yang terintegrasi, terutama mendorong program-program prioritas sesuai Making Indonesia 4.0,” ujar Airlangga.
Pada kesempatan ini, Menperin menyerahkan Piagam Penghargaan kepada unit dan satuan kerja yang meraih penilaian terbaik. Misalnya, kategori Penilaian Kinerja Unit Kerja Terbaik, diberikan kepada Inspektorat Jenderal untuk tingkat eselon I, Biro Keuangan untuk tingkat eselon II, kemudian Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta, Baristand Industri Samarinda, Balai Diklat Industri Denpasar, Politeknik AKA Bogor, dan SMK - SMTI Yogyakarta.
Selanjutnya, yang berhasil menerima Piagam Penghargaan Laporan Keuangan Terbaik tingkat Eselon I, yakni Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan ELektronika (ILMATE), serta Badan Penelitian dan Pengembangan Industri.
Hadapi Krisis Turki
Pada kesempatan yang sama, Menperin menyampaikan, pihaknya berupaya memperkuat sektor riil untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan di dalam negeri akibat krisis yang tengah melanda Turki. "Krisis di Turki itu membuat emerging economy mendapat sentimen negatif. Nah, tentu kita sebagai salah satu negara dengan emerging economy, ya harus menjaga fundamental ekonomi,” ujarnya.
Guna memperkuat sektor riil di dalam negeri, Kemenperin akan mendorong investasi masuk di berbagai sektor industri di Tanah Air. Selain itu, meningkatkan nilai ekspor untuk berbagai produk manufaktur nasional dalam rangka melakukan subtitusi impor.
Kemenperin juga berupaya agar pasokan bahan baku untuk menopang proses produksi di sektor industri dapat terjaga dengan baik, sehingga menciptakan iklim usaha yang kondusif. “Industri manufaktur ini fundamental, makanya harus terus didorong. Jadi, tentunya struktur industri masing-masing diperkuat," tegas Airlangga.
Apalagi, di tengah kondisi perekonomian global yang belum stabil ini, pelaku industri nasional perlu lebih siap mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. “Adanya sentimen negatif, harus dibuat positif dengan perkembangan fundamental ekonomi di Indonesia,” imbuhnya.
Pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk semakin memperkuat daya saing industri dalam negeri sekaligus menjaga ketahanan ekonomi nasional. Misalnya, melalui pemberian insentif agar ekspor bisa terus ditingkatkan. Sementara guna menggenjot investasi, pemerintah tengah berupaya memberikan insentif untuk relokasi pabrik, termasuk juga akan memberikan insentif untuk industri kecil dan menengah IKM).
Apalagi, menurutnya, pemerintah sedang fokus menerapkan revolusi industri generasi keempat sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. “Revolusi industri saat ini sangat dipengaruhi adanya perkembangan teknologi sehingga akan mendorong inovasi,” jelasnya.
Menteri Airlangga meyakini, dengan menerapkan industri 4.0, Indonesia akan menjadi negara 10 besar dengan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2030. “Ini yang menjadi aspirasi kita dalam meningkatkan produksi, kemampuan ekonomi negara, dan investasi bertambah. Jadi, kami terus pacu pertumbuhan industri bisa melebihi 1-2 persen daripada ekonomi,” paparnya.