JA.com, Mentawai (Sumatera Barat)--Tampilan Turuk laggai (Tarian Kampung) di Festival Pesona Mentawai 2018 bukanlah digunakan untuk ritual, namaun sebagai tarian. Turuk Laggai mempunyai berbagai arti diantaranya,  Sebagai Ritual Pengobatan. Turuk jenis ini tidak dapat di pertontonkan. Alasanya,  dalam turuk ini ada Interaksi antara Penari (Sikerei) dengan Roh.

Hal itu di katakan Yosep Sagari Koordinator Sanggar Budaya Kecamatan Siberut selatan kepada wartawan, kemaren (3/10/2018) pada acara Festival Pesona Mentawai ke-3 yang di selenggarakan Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga di Desa Muntei, kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten kepulauan Mentawai.

"Turuk laggai untuk ritual pengobatan tidak boleh dipertontonkan, kecuali turuk laggai yang bukan digunakan untuk ritual, namun setelah atraksi turuk itu kami selalu mengumpulkan atribut daunan yang digunakan para peserta turuk, kemudian daunan itu kita letakkan di tempat yang sejuk, tidak sembarangan dibuang takutnya terjadi hal yang tidak kita inginkan, " kata Yosep yang sekaligus menjadi juri lomba Turuk Laggai pada Festival Pesona Mentawai 2018.

Selanjutnya di katakan Turuk laggai menyerupai perilaku binatang yang ada di Kepulauan Mentawai yang dijuluki Bumi Sikerei ini, misalnya uliat manyang (prilaku elang) saat terbang mengintai mangsa, begitu juga uliat turugou-gou' (tari ruak-ruak), uliat bilou (Prilaku monyet) dan gerakan binatang lainnya.

Lebih lanjut dikatakannya turuk laggai yang dilakukan oleh sekelompok Sikerei dalam ritual pengobatan biasanya untuk mengobati orang yang dianggap roh nya telah pergi dari dirinya dengan uliat sinak-nak simagre (memanggil roh). Selain ritual pengobatan juga ada ritual dalam meraya pesta pernikahan, lahir anak, syukuran dan pesta sakral lainnya.(Thamrin)
 
Top