JA.com, Solok Selatan - Progres pembangunan konstruksi mesjid agung di Solok Selatan (Solsel) meleset dari schedul. Proyek multiyears ini disebut mengalami keterlambatan pekerjaan atau deviasi. Hingga Maret tahun kedua penganggaran, realisasi pekerjaan baru mencapai 14 persen dari semestinya 34 persen yang ditargetkan.
"Dalam hal itu kita minta keseriusan kontraktor. Tentu kita mendesak agar pembangunan mesjid agung ini dituntaskan sesuai kontrak," kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pembangunan masjid agung Solsel, Yance Bastian saat rapat dengan stakeholder terkait, Kamis (4/4).
Yance membenarkan pembangunan masjid agung tersebut sudah molor sejak akhir Januari lalu. Progresnya mengalami keterlambatan pekerjaan atau deviasi minus hingga 14 persen. Target realisasi fisik yang sejatinya dipasang 18 persen hanya terlaksana 4 persen saja.
Atas kekurangan volume pekerjaan itu, pihaknya sempat melayangkan Surat Teguran pertama kepada PT. Zulaikha selaku pihak kontraktor atau rekanan pembangunan masjid agung. Sepekan berselang, pihaknya juga telah melakukan pertemuan dalam bentuk Show Cause Meeting (SCM) satu dan disepakati per bulan harus mengalami progres 9 persen.
"Setelah pertemuan itu, ternyata masih terjadi juga hambatan secara teknis pekerjaannya itu. Terhitung sampai akhir Maret ini rekanan hanya menyelesaikan pekerjaaannya 14 persen dari seharusnya 34 persen. Artinya masih terjadi deviasi 20 persen," jelasnya.
Hambatan yang dimaksud sebutnya, terjadi kendala pada material. Yakni, ketersediaan besi beton U40. Stok besi beton U40 ini, di Sumbar sedang kosong dan mesti dipesan ke pulau Jawa. "Insyaaallah minggu ini akan sampai di Solsel," katanya.
Kendati saat ini molor, namun pihaknya optimis, jika material besi beton U40 tersebut telah sampai, maka pekerjaan akan dapat diselesaikan. "Jika besi U40 ini sudah sampai. Setidaknya 150-200 orang akan dipekerjakan pihak rekanan untuk menyelesaikan pekerjaannya," katanya.
Dalam pelaksanaan proyek masjid agung itu sendiri, pihaknya kata Yance, selalu berkoordinasi dengan Tim Pengawal dan Pengamanan Pemerintah dan Pembangunan Daerah (TP4D). "Kami selalu berkoordinasi dengan TP4D dalam pelaksanaan kegiatan ini agar tidak tersangkut persoalan Hukum di kemudian hari," pungkasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Solsel, Abdul Rahman mulai geram atas lambatnya pembangunan masjid agung itu. menurutnya, ketika kontrak sudah ditandatangani, maka pihak rekanan berkewajiban untuk menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu.
Wabup meminta agar pihak rekanan memperlihatkan itikad baiknya dengan dapat melaksanakan pembangunan masjid agung itu dan diselesaikan sesuai kontrak. "Tentu sebelum kontrak ditandatangani mereka sudah perhitungkan terkait pelaksanaannya. Termasuk ketersediaan bahan material atau pun peralatan untuk kebutuhan pembangunan tersebut," katanya.
Dijelaskannya, pendirian masjid Agung tersebut merupakan cita-cita bersama baik Bupati, Wabup dan juga masyarakat Solsel keseluruhan. "Ini pekerjaan besar. Tugas kita mendorong dan mengawasi rekanan agar pembangunannya berjalan dengan baik. Jangan sampai pekerjaan ini tidak selesai yang akan membuat semua orang kecewa," jelasnya.
Wabup juga mengingatkan, agar OPD terkait tetap bekerja sesuai aturan dan tetap berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya. Dan jangan sampai katanya, melabrak aturan sehingga tersandung pada permasalahan hukum nantinya.
(s u d i r)