JA.com, Limapuluh
Kota, (Sumatera Barat).
Tantangan dan ancaman kedaulatan bangsa saat ini sudah
bersifat multidimensi. Ancaman tersebut tidak lagi bersifat konvensional atau fisik
semata, melainkan sudah berkembang secara non fisik.
Hal itu ditegaskan Gubernur Sumatera Barat diwakili Kepala
Badan Kesbangpol Provinsi Sumbar Nazwir, SH, M.Hum ketika membuka kegiatan penguatan wawasan bela negara di Gedung Sago Bungsu
Tanjung Pati, Selasa (20/8).
“Ancaman multidimensi terjadi karena ancaman itu bisa bersumber
dari idiologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Kondisi ini mengharuskan
kita untuk mendefinisikan ulang apa yang dimaksud dengan bela negara tersebut,”
ungkap Nazwir di hadapan Bupati Limapuluh Kota diwakili Kepala Badan Kesbangpol
Kabupaten Limapuluh Kota Herman Azmar, AP, M.Si dan para peserta kegiatan
penguatan wawasan bela negara.
Dikatakan, tapak perjuangan rakyat membela tanah air ini tercatat
dalam lembaran sejarah 19 desember 1948, dimana saat itu MR. Syafrudin
Prawiranegara, Menteri Kemakmuran RI mendeklarasikan Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia (PDRI) atas inisiatifnya melampaui panggilan tugas yang
menjadi tanggungjawabnya.
Bela negara, ujar Nazwir, merupakan tuntutan kesadaran yang
harus dimiliki setiap warga negara guna menghadapi permasalahan bangsa agar memiliki
kesadaran untuk selalu mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi, kelompok dan golongan. Generasi muda termasuk siswa harus memperkuat
wawasan kebangsaan dan meningkatkan kesadaran bela negara guna menghadapi
berbagai potensi permasalahan yang akan dihadapi tersebut.
“Bela negara, tidak hanya dilakukan militer dengan kekuatan
senjata, tetapi juga dilakukan warga negara dengan kesadaran melalui upaya non
militer seperti politik maupun diplomasi,” papar Nazwir,” ujarnya.
Menurutnya, wawasan bela negara sangat penting diberikan
kepada para generasi muda dan siswa dalam rangka menghadapi kompleksitas permasalahan
yang dihadapi bangsa ini. Permasalahan itu tidak saja berupa terorisme,
radikalisme, separatisme, konflik horizontal dan vertikal, tak kalah pentingnya
ancaman penyalahgunaan narkoba.
Lebih jauh Nazwir juga menyampaikan pada tahun 2045
Indonesia akan berusia 100 tahun. Dalam usia emas itu Indonesia diharapkan
menjadi negara yang berdaulat adil dan makmur, menjadi bangsa yang unggul,
berbudaya dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi yang maju dan
berkelanjutan dengan pembangunan yang merata, demokratis, kuat dan bersih.
“Generasi emas Indonesia 2045 masih 26 tahun lagi. Para
peserta kegiatan hari ini adalah generasi emas tersebut. Sebagai generasi emas
tanamkanlah karakter bela negara dan cinta tanah air dalam diri kalian dengan
berbagai inovasi dan kreativitas sesuai perkembangan zaman. Jauhi narkoba
karena narkoba merupakan ancaman besar dalam memecah belah persatuan dan
kesatuan bangsa,” ungkap Nazwir.
Sebelumnya panitia acara Firdaus, SH dalam laporannya
menyebut, acara sehari yang diikuti 60 peserta dari kalangan siswa dan generasi
muda itu bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang pentingnya membangun
kesadaran bela negara melalui pembentukan kualitas pribadi, yang dijiwai
kecintaan kepada NKRI yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin
kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. (gun)