Indra Catri Minta Masyarakat Ubah Kebiasaan
JA.com, Agam (Sumatera Barat)--Kabupaten Agam mencatat 9 kasus positif COVID-19 dalam waktu 6 hari. 7 kasus diantaranya terjadi karena transmisi lokal (kasus infeksi yang terjadi antar masyarakat).
Kasus pertama Agam terjadi di awal Mei 2020. Seorang laki-laki berusia 60 tahun ber-KTP Payakumbuh yang tinggal bersama anaknya di Nagari Padang Tarok, Kecamatan Baso. Kasus pertama ini diyakini terpapar di Payakumbuh, karena kontak dengan salah satu pasien positif di Payakumbuh.
Kemudian kasus kedua seorang laki-laki berusia 63 tahun warga Koto Baru-Baso. Dari hasil tracing keduanya, didapatkan dua orang positif COVID-19, Selasa 5 Mei 2020. Keduanya merupakan anak dari kasus pertama dan kedua yang terpapar orang tua mereka.
Kemudian, Pemkab Agam kembali melanjutkan tracing level II. Puluhan tenaga medis yang kontak dengan pasien kedua diambil swab. Hasilnya 5 tenaga medis dinyatakan positif COVID-19.
Menyikapi hal ini, Bupati Agam, Dr. H. Indra Catri mengatakan, untuk menghadapi transmisi lokal, sudah berurusan dengan budaya dan kebiasaan masyarakat. Budaya seperti suka berkumpul-kumpul, majelis taklim, majelis buko basamo, dan lainnya yang melibatkan banyak orang. Semuanya perlu ditinggalkan dulu sementara dan diganti dengan kebiasaan baru seperti physical distancing, memakai masker atau sejalan dengan protokol kesehatan.
Bila tidak dilaksanakan secara konsisten dan penuh disiplin, ditegaskan Indra Catri upaya memutus rantai penyebaran COVID-19 akan sia-sia.
“Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membutuhkan pengorbanan banyak pihak akan sia-sia,” kata Indra Catri saat monitoring posko ketupat di Banuhampu, Rabu (6/5).
Dijelaskan Indra Catri , pameo Belanda masih jauh dan tidak berlaku lagi bagi Agam. Virus mematikan itu saat ini benar-benar sudah masuk ke Agam .
“Masyarakat Agam dimintakan siaga penuh menghadapi ancamannya. Tidak perlu saling menyalahkan satu sama lain,” tegas bupati dua periode itu.
Agar masyarakat paham dan patuh, Pemkab Agam sebelumnya telah membentuk 16 tim untuk diturunkan setiap harinya guna memonitor kondisi lapangan dan memberikan sosialisasi.
Secara khusus tugasnya adalah memberikan sosialisasi tentang bahaya dan pencegahan COVID-19 kepada masyarakat. Selain itu juga memotivasi petani dan peternak agar tetap menjalankan aktivitas pertanian seperti biasa namun disesuaikan dengan protokol kesehatan yang berlaku.
Selain itu, Agam juga menerapkan check poin terhadap masyarakat atau tamu yang datang dari luar Agam. Namun bupati tidak menampik upaya itu tidak berjalan maksimal.
“8 pintu masuk yang kita kawal penuh siang malam tidak bisa lagi diandalkan sepenuhnya. Penularannya tidak lagi dari sana, tapi sudah beralih dari rumah ke rumah, dari pasar ke pasar, dari kain saruang ke kain saruang, dari sajadah ke sajadah dan seterusnya. Oleh sebab itu himbauan agar tidak melakukan keramaian, tidak menyelenggarakan pasar dihari pekan, tidak shalat berjamaah dulu di masjid-masjid, tetap di rumah saja, tolong diindahkan,” pinta bupati yang juga merupakan ninik mamak ini.
Berkenaan dengan antisipasi kebutuhan pangan masyarakatnya, Indra Catri menegaskan, masyarakat yang terdampak tidak mungkin hanya mengandalkan BLT dan bantuan donatur. Masyarakat diminta realistis dan antisipatif dalam menghadapinya.
Pada kondisi sekarang nampaknya parak dan halaman yang paling mungkin diandalkan masyarakat luas. Pemerintah tidak mungkin menyediakan jumlah bantuan yang lebih besar.
“Mana cukup Rp 600.000 per bulan. Oleh sebab itu pemanfaatan pekarangan dan kebun untuk memenuhi kebutuhan makanan, sayuran, dan buah-buahan keluarga sekaligus untuk tuntutan ekonomi sangatlah beralasan,” urai bupati yang selalu mendorong gerakan Agam Menyemai sejak 9 tahun lalu itu dan kini mulai dirasakan masyarakat manfaatnya.
Dalam monitoring itu, bupati meminta Wali Nagari Pakan Sinayan, Wali Nagari Cingkariang dan Wali Nagari Taluak IV Suku agar mengajak masyarakat untuk tidak mengkonsumsi makanan instan.
“Mari kita jaga bersama, jangan sampai hendaknya nanti masyarakat menghadapi lagi masalah lainnya seperti gangguan sistem pencernaan di Ramadhan ini,” harap bupati.
Salah satu petani di Sungai Pua mengaku sangat terbantu dengan program Agam Menyemai. Terlebih saat kondisi di tengah wabah COVID-19 saat ini. “Semua kebutuhan sudah ada di ladang dan pekarangan rumah,” katanya di sela kunjungan bupati.
* Pandu *