Pasien Sembuh Covid-19: Beban Mental Selama di Karantina
JA.com, Agam (Sumatera Barat)--Pandemi Covid-19 tidak hanya ditakuti sebagai ancaman kesehatan fisik, namun juga berpengaruh terhadap mentalitas ataupun psikologi seseorang. Hal itu dirasakan oleh salah seorang pasien sembuh covid-19 di Kabupaten Agam.
WN, salah satu pasien sembuh menceritakan pengalamannya. Pegawai ASN di Puskesmas Lubuk Basung yang tinggal di Perumnas Talago Lubuk Basung itu dikarantina di BPSDM Padang Basi Padang selama 13 hari atau sejak 7 Mei sampai 19 Mei 2020.
“Selama dikarantina, yang saya rasakan adalah beban mental. Beban mental bagaimana seandainya sehat nanti saya dikucilkan dan segala macam efek sosial yang saya dapatkan nanti. Meskipun kenyataannya sekarang tidak seperti itu,” ujarnya.
Belum lagi beban mental yang dirasakannya selama 13 hari dikarantina di BPSDM Padang Basi. Ia menjelaskan bahwa pikiran dan hatinya benar-benar diuji. Terlebih ibu dua orang anak itu juga berprofesi sebagai tenaga kesehatan di salah satu puskesmas yang terletak di pusat ibu kota kabupaten.
Apalagi, menurutnya tekanan itu menjadi lebih kuat lagi ketika dipaksa untuk menjauh dari anak-anak dan suami. Meskipun keluarganya tidak terjangkit corona. “Saat mendapat kabar hasil swab saya positif, saya langsung mengasingkan diri dari keluarga. Hal yang paling berat itu adalah ketika dijauhkan dari keluarga,” jelasnya.
Perasaan ibu muda itu pun bertambah buruk ketika melihat pasien lain sudah sembuh. Sementara dirinya yang merupakan pasien OTG belum juga sembuh.
Sebelum dinyatakan sembuh dan dibolehkan pulang, pada suatu hari, tiba waktunya dokter melakukan dua kali pengecekan kesehatan untuk mengambil tes swab mengenai perkembangan virus di dalam tubuhnya.
Setiap kali di swab, ia merasakan ketakutan dan deg-degan yang luar biasa sehingga seluruh tubuhnya gemetaran.
“Itulah momen yang sangat mencemaskan. Satu sisi saya ingin sekali cepat mengetahui hasil perkembangan kesehatan saya. Satu sisi saya juga belum siap mendengar kabar kalau hasilnya masih positif,” tambahnya.
Pikiran positif kembali datang, saat tim medis selalu memberikan motivasi dan semangat positif kepadanya.
“Alhamdulillah, dua kali di tes, hasilnya negatif dan baru kemudian saya dibolehkan pulang,” jelasnya lagi.
Semua Pekerjaan Ada Resiko
Meskipun saat ini WN sudah melakukan aktivitas seperti biasa, namun, masih ada sedikit sanksi atau keraguan terhadap dirinya saat melaksanakan rutinitas sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas Lubuk Basung.
Apalagi dirinya sebagai ASN di tenaga kesehatan, tentu memiliki risiko cukup tinggi dalam bekerja.
Betapa tidak, dirinya, disinyalir terjangkit covid-19 saat mengambil sampel swab pasien yang kontak dengan pasien positif covid-19 di Puskesmas Baso. “Tapi, semua keraguan dan kecemasan sudah saya matikan dalam tubuh saya. Bahwa tidak ada pekerjaan yang tidak memiliki risiko. Semua berisiko,” tegasnya.
Untuk itu, ia mengucapkan terimakasih kepada para tenaga kesehatan baik ASN maupun relawan sebagai garda terdepan dalam menangani pasien covid-19.
“Mereka (tenaga medis) sebagai garda terdepan, tidak ada kata yang bisa kita diucapkan selain terimakasih dan apresiasi. Karena saya merasakan langsung bagaimana mereka menangani pasien,” ujar WN.
* Pandu *