Oleh: AKBAR RIYADI, S.IP, M.Si
PENGAMAT POLITIK PASAMAN BARAT
Perbincangan politik di tengah-tengah masyarakat di Kabupaten Pasaman Barat saat ini sangatlah berwarna menjelang pergelaran pilkada. Salah satu daya tarik pilkada nanti munculnya 5 (lima) kandidat calon bupati dan wakil bupati akan ambil bagian dalam kontestasi politik. Dari beberapa pergelaran yang telah dilalui maka pilkada esok merupakan pilkada dengan jumlah kontestan terbanyak.
Genderang strategi dari tim simpatisan, buzzer, konsultan dan suporter masing-masing kandidatpun ikut meramaikan seperti melakukan kampanye, Baliho (meyakinkan publik secara langsung) maupun melakukan pendekatan kepada tokoh, elite politik agar mendapat dukungan. Outputnya tentu dibuktikan dengan uji elektoral pada 9 Desember.
Secara singkat, dari 5 (lima) pasangan kandidat ini dapat dijabarkan sebagai berikut; Pertama Yulianto merupakan incumbent berpasangan dengan Syafrial merupakan mantan Walinagari berprestasi. Kedua Agus Susanto politisi yang pernah merasakan menjadi anggota DPR-RI berpasangan Rommy Candra merupakan mantan anggota Kepolisan dan ajudan Bupati. Ketiga Maryanto, adalah seorang bankir yang telah teruji berpasangan dengan Yulisman sosok politisi yang cukup disegani. Keempat pengusaha muda serta anak dari politisi kondang di sumatera Barat yakni Erick Hariyona berpasangan dengan salah satu Ulama senior di kabupaten pasaman Barat yaitu Syawal. Kelima Hamsuardi, adalah birokrat senior serta turut ambil bagian dalam pilkada sebelumnya serta pileg yang telah berlalu berpasangan dengan Risnawanto politisi handal karena selalu hadir dalam pilkada serta pernah menjadi wakil bupati periode pertama.
Selama ini, dari beberapa pilkada yang telah berlalu isu politik identitas salalu berkembang terkhusus soal etnis. Politik identitas etnis seolah menjadi senjata ampuh untuk memenangkan kontestasi di tanah “Tuah Basamo”. pilkada nanti diharapkan penggiringan keetinisan hendaknya dapat berkurang dengan 5 (lima) pasangan calon yang mewakili etnis yang ada.
Terlepas dari harapan tersebut, tentu penggorengan politik identitas etnis akan selalu mencuat untuk mencapai aksebilitas dari para pasangan kandidat. Terlebih dari beberapa pasangan telah berpartisi dalam beberapa kesempatan pemilihan langsung. Akan tetapi bukan tidak mungkin para kandidat yang baru muncul kepermukaan mengambil momentum untuk mengalihkan pilihan.
Dalam studi ilmu Politik point-point ini penting untuk dikaji. Karena kedepan dapat menjadi suatu rujukan terhadap konstelasi politik di Kabupaten Pasaman Barat. Jadi jawaban yang menarik ketika kita melihat alur politik dari tahun ketahun di tanah Tuah Basamo.
Peta Pilkada Kabupaten Pasaman Barat
Dalam beberapa bulan kedepan bagi pasangan calon, mesin politik maupun yang terkait tentu tiada kata hari libur. Segala sesuatu harus dipersiapkan dengan maksimal dan kerja keras untuk memenangkan sebuah pertarungan.
Salah satu yang sudah terlihat hiasan baliho, spanduk, benner yang terpajang sepanjang jalan yang berefek viral dan populernya para kandidat dalam waktu singkat. Panggung lain yang dilancarkan yaitu sibuknya para kandidat dan tim mengsosialisasikan diri guna meyakinkan masyarakat serta dipadukan dengan kerja tiada henti para buzzer menyebar, meramaikan informasi “citra diri” di media sosial seperti facebook, instagram untuk menigkatkan popularitas orang biasa yang diluar biasakan.
Pola-pola seperti ini merupakan pola usang beberapa tahun kebelakang dan tidak memberikan pendidikan politik bagi masyarakat. Di era saat ini umumnya masyarakat sudah melek politik demi berlangsungan daerahnya. Buktinya acapkali masyarakat mengajukan pertanyaan kepada kita tentang ide-ide dan pemikiran cemerlang dari para kandidat.
Musibah pandemi Covid-19 yang dialami dunia telah merubah sendi-sendi kehidupan manusia begitupun pilkada yang sudah didepan mata. Efeknya, untuk melakukan ritual kampanye dengan mengumpulkan banyak orang tidak bisa dilaksanakan. Namun pelaksaan kampanye ini dapat diakali dengan online.
Kampanye online sebenarnya telah dilakukan pada beberapa tahun kebelakang. Kita dapat mengambil salah satu goresan tinta emas yang tertuang di pemilu Amerika Serikat Tahun 2008. Kemenangan yang diraih oleh Barack Obama dari Hillary Clinton seperti kejutan yang tidak pernah diprediksi dan diperhitungkan sebelumnya (Fayakhun Andiadi,2016;292).
Dari berbagai sisi Obama sudah jelas dari kompetitornya yang telah dikenal sudah mapan serta memiliki pengalaman. Namun Obama dengan jeli melakukan terobosan yang belum pernah dilakukan dalam sejarah perpolitikan dengan meggunakan kampanye online disentralisasikan di my Bo (my.Barackobama.com).
Dari sini muncul pertanyaan, apakah di Kabupaten Pasaman Barat telah melakukannya untuk melihat kualitas para kandidat?
Secara Khusus pemetaan politik di Kabupaten Pasaman Barat saat ini, para kandidat dan tim memang telah menawarkan politik dengan cara offline dan online. Akan tetapi, tahap ini baru sebatas menjadikan kandidat “sebagai artis politik’. kita belum melihat para kandidat, tim simpatisan, dan tim yang di bayar (Konsultan) untuk menampilkan susuatu yang bermanfaat.
Seharusnya panggung pertarungan narasi, konsep dan gagasan para calon dibangun dan lebih dimunculkan ke publik inilah pekerjaan rumah bagi kandidat dan jajarannya. hasilnya, memunculkan proses dialektika para calon untuk menghadapi masalah-masalah yang di hadapi oleh Kabupaten Pasaman Barat melalui ide-ide, program, pemikiran. Sehingga votter (pemilih) dapat melihat dengan jelas peta politik di Kabupaten Pasaman Barat yang akan bekerja untuk masyarakatnya.