JA.com, Solok Selatan (Sumatera Barat)--Secara fotografi Kabupaten Solok Selatan didominasi perbukitan, justru itu semua potensi bencana alam di daerah yang berjulukan 'Sarantau Sasurambi" sangatlah rawan.
Semua potensi bencana seperti banjir, longsor,gempa dan sebagainya kecuali Tsunami, untuk itu upaya serta sinergi bersama stakeholder terkait sangat dibutuhkan dalam penanganan.
Saat ini dunia di landa Pandemi Covid-19 termasuk Solok Selatan, ini termasuk tugas BPBD sebagai sekretariat,".
Menurutnya pers dalam hal ini sangatlah penting dalam penyampaian informasi setiap bencana.
Hal itu disampaikan Kalaksa BPBD Solsel Richi Amran didampingi Kabag Humas Pemkab Firdaus Firman saat konferensi pers bersama awak media yang bertugas di wilayah Solok Selatan, Senin (21/12/2020) di aula Tansi Ampek kantor bupati setempat.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Solok Selatan (BPBD Solsel) mengharapkan semua perusahaan (pelaku usaha.red) yang ada di kabupaten ini terlibat aktif dalam upaya meminimalisir dampak bencana, termasuk upaya pemulihan ekonomi masyarakat terdampak.
Pihaknya, berharap kedepannya para pelaku usaha (perusahaan) di Solsel mampu menggali potensi untuk mengoptimalkan ekonomi masyarakat terdampak bencana alam maupun bencana non alam.
"Jika hanya mengandalkan APBD Solsel, Kita tidak sanggup untuk pengurangan resiko bencana. Kami sudah melakukan sinergi terkait pengurangan dampak bencana alam dengan dua perusahaan yang ada di Solsel, yakni Supreme Energy dan PTPN VI. Harapannya, semua pelaku usaha bisa terlibat aktif dalam hal ini," jelas Richi.
Kedepannya, bersama dua perusahaan tersebut dimaksimalkan upaya penghijauan dengan menanam pohon produktif disepanjang aliran sungai disekitar lokasi perusahaan. "Masyarakat silahkan mengambil hasilnya jika sudah menghasilkan namun juga butuh perawatan agar lebih maksimal," jelasnya.
Kemudian, di Nagari Padang Air Dingin, Kecamatan Sangir Jujuan juga bakal dibentuk tim jaga hutan. "Kami juga sudah memfasilitasi membentuk dua nagari/desa tangguh bencana (Destana) dan Kampung Siaga Bencana (KSB) sebagai upaya awal dan mitigasi," ujarnya.
Sepanjang 2020 BPBD Solok Selatan telah menerima 53 laporan bencana dan dampak sudah tertangani, seperti memperbaiki pengaman tebing sungai dan normalisasi sungai. "Kami berharap masyarakat Solok Selatan terhindar kedepannya dari ancaman bencana," katanya.
*Bencana Non Alam*
Kemudian, terkait bencana non alam Covid-19, BPBD Solsel merupakan Satuan Tugas (Satgas) sebagai sekretariat. Anggaran berada di BPBD Solsel. Namun, untuk memperlancar dan memudahkan administrasi Pengguna Anggaran juga berada di Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Solsel.
"Setidaknya, Rp49 miliar dana refokusing APBD Solsel sudah dikucurkan. Seperti untuk Bantuan Langsung Tunai sekitar Rp32 miliar. Dan sisianya untuk perbaikan ruangan dan peralatan perlengkapan Covid-19 di RSUD, peralatan tenaga medis, pembelian ambulans dan menaikkan daya listrik di RSUD dan lainnya," katanya.
Saat ini, kata Richi Amran, ada sekitar Rp14 miliar anggaran yang belum digunakan yang berasal dari pusat berupa Dana Insentif Daerah (DID) sebagai bentuk reward kepada pemkab Solsel. "Gunanya untuk pemulihan ekonomi masyarakat terdampak Covid-19. Nah, ini nantinya tugas dari gugus tugas seperti Dinas Koperindag, Pertanian Kehutanan, Dinas Sosial dan OPD terkait lainnya untuk membuat semacam perencanaan program, supaya bisa dimanfaatkan," katanya.
Terpisah, Kabag Humas Firdaus Firman mengatakan BPBD Solsel salah satu OPD yang aktif dalam memanfaatkan media sosial dalam memberikan informasi kebencanaan di Solsel. "BPBD Solsel memanfaatkan semua jenis medos yang ada untuk memberitahu masyarakat terkait kegiatan ataupun informasi kebencanaan. Kita sangat apresiasi ini," tutupnya.***