JA.com, Payakumbuh, (Sumatera Barat) --- Dingin menusuk tulang karena langit yang tiada henti menangis sejak subuh memanggil. Jarum jam menunjuk ke angka 09.00 WIB, ketika Tim “LAKI IDA” yang dipimpin Kabid Litbang dan Kasi Inovasi dan Teknologi Bappeda Kota Payakumbuh tiba di aula Dinas Pendidikan, Selasa (13/7).
Lebih kurang 40 orang kepala sekolah dan guru-guru SMP Negeri dan Swasta se Kota Payakumbuh telah datang dan siap mendapat pencerahan dari “LAKI IDA” tentang Inovasi Daerah. LAKI IDA atau Layanan Klinik Inovasi Daerah adalah program yang digagas Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Payakumbuh di bawah kepemimpinan Kepala Bappeda Ifon Satria Chan.
LAKI IDA merambah sekolah ini berawal dari ‘kegelisahan' Dinas Pendidikan atas banyaknya inovasi yang selama ini telah dilakukan oleh warga sekolah, namun belum teridentifikasi dan dimanage sebagaimana mestinya, maka dilaksanakanlah pertemuan antara Kepala SMP se Kota Payakumbuh dengan “LAKI IDA”.
Hal ini juga bisa jadi disebabkan oleh wabah yang disebar oleh “LAKI IDA” yang menjadikan semua OPD beserta unit kerjanya diserang “virus inovasi”.
Dinas Pendidikan juga tidak mau ketinggalan, menularkan wabah “virus inovasi” ke sekolah-sekolah yang berada di jajarannya. Pada dasarnya, sekolah-sekolah adalah salah satu basis inovasi yang potensial.
Kadis Pendidikan AH Agustion menerangkan setiap saat warga sekolah sudah biasa dengan aktivitas inovasi. Guru-guru melakukan penelitian untuk memenuhi persyaratan naik pangkat. Tentu saja penelitian yang dilakukan diawali dari analisa permasalahan yang ditemui dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
"Pada setiap iven uji kompetensi misalnya, lomba guru atau kepala sekolah berpretasi, Payakumbuh setiap tahun selalu menjadi wakil provinsi ke tingkat nasional. Peserta biasanya akan mempresentasikan inovasi yang dilakukannya dihadapan juri. Apabila kumpulan inovasi–inovasi tersebut dikembangkan lebih dalam bukan hanya sekedar digunakan untuk naik pangkat atau lomba guru berprestasi, bukan tidak mungkin inovasi tersebut dapat menjadi referensi atau bahkan direplikasi oleh orang lain sehingga memberikan nilai lebih," kata Agustion yang menyambut baik program ini.
Sementara itu, Kabid Litbang dan Evaluasi Bappeda Faisal mengatakan bahwa pertemuan ini ibarat mengungkap “mutiara terpendam” di Kota Payakumbuh dalam hal inovasi. Hal ini menggugah “LAKI IDA” untuk lebih intens menjaring dan mengungkapkan lebih banyak inovasi di Kota Payakumbuh.
"Ke depan, dalam rangka meningkatkan capaian kinerja melalui inovasi yang dilakukan, akan dilaksanakan penilaian terhadap OPD dan unit kerjanya untuk menetapkan katagori sangat inovatif, inovatif atau kurang inovatif," kata Faisal.
Kepala SMPN 4 Payakumbuh Mardiyus selaku Ketua MKKS (Musyawarah Kelompok Kepala Sekolah) sangat antusias dan mengharapkan agar sekolah juga dimasukkan dalam katagori penilaian sehingga memotivasi sekolah untuk lebih berkembang dalam melahirkan inovasi.
"Selain itu juga diharapkan agar “LAKI IDA” memberikan bimbingan yang lebih intens pada pertemuan-pertemuan berikutnya, baik secara individu maupun kelompok, agar indikator-indikator sebuah inovasi dapat dipenuhi sebagaimana mestinya," ujar Mardiyus.
Dalam sesi paparan kedua dari Kasi Inovasi dan Teknologi Robby Hafanos juga menyampaikan pentingnya membudayakan inovasi disekolah-sekolah merupakan peran sekolah dalam rangka merubah mindset siswa agar mampu berkreasi dalam mencipta dan memberi kontribusi terhadap sekolah khususnya dan daerah umumnya, sehingga memunculkan inovator-inovator muda yang hebat kedepan.
"Setidaknya tahap awal membuka wawasan bagi sekolah terhadap motivasi inovasi bagi siswa-siswa," papar Robby.
* Farhan *