Kegiatan yang digelar Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatra Barat dengan pembiayaannya berasal dari Pokir Ketua DPRD Sumbar Supardi, SH itu juga diikuti arkeolog dari luar Negeri.
“Semoga kegiatan budaya ini dilangsungkan terus. Jangan sampai terputus, situs Nagari Maek yang penuh misteri itu belum terungkap misterinya,” kata Supardi.
Supardi berharap kepada Pemkab Limapuluh Kota agar mensiasati bersama Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar kelanjutan kegiatan tersebut. Sehingga Nagari Maek dikembangkan sebagai daerah pariwisata khusus tentang kebudayaan dan arkeologi. Selama ini daerah ini miskin akan ide dan gagasan, khususnya tentang pengembangan kebudayaan.
Ditegaskan Supardi, untuk mengangkat misteri Maek jangan ikut sertakan kegiatan yang berbau politik. "Untuk mengungkap misteri Nagari Maek jangan ikut sertakan kegiatan yang berbau politik, tapi murni untuk kebersamaan," tegasnya.
Dalam diskusi yang pandu Kurator S. Metron, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar yang diwakili Sekretaris Yahyan Wahyudi berharap agar Pemkab Limapuluh Kota menetapkan Nagari Maek sebagai kawasan Cagar Budaya. Penetapan tersebut harus dengan Perturan Daerah.
Sebelumnya, Direktur Festival Maek, Dini Eros melaporkan kegiatan-kegiatan yang dilangsungkan, baik saat festival maupun pra festival.
"Banyak menaruh mimpi dan harapan agar kegiatan ini berlanjut. Seperti di Mesir, dan Jepang, perlu ada museum. Terkait museum, Nagari sudah bergerak termasuk penyediaan lahan. Semoga cepat terwujud," harapnya.
Dalam diskusi menarik itu, Wali Nagari Maek Efrizal Hendri Dt. Patiah mengatakan, pasca Festival Maek 2024 daerah ini kian dikenal oleh masyarakat luar Sumbar.
"Nagari kami Maek kian tambah dikenali oleh masyarakat luar. Kunjungan wisata sejarah ke situs dan cagar budaya yang ada di Maek bertambah, dengan sendirinya terjadi dampak secara ekonomi," tutupnya. (MG)